Olahraga lari memang menjadi primadona. Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat yang mengunjungi lapangan besar di kawasan Jakarta dan kota-kota besar lain untuk berlari. Enggak hanya itu, kompetisi lari dalam beragam tema juga selalu laris manis.
Awalnya tidak sedikit masyarakat yang menjadikan lari sebagai kegiatan untuk menunggu kemacetan ibu kota. Tidak heran, lebih banyak yang memilih malam hari untuk berlari. Tetapi tidak sedikit juga yang memilih siang hari dengan alasan lebih efektif untuk membakar lemak.
Lalu kapan waktu terbaik untuk berlari? Sport Physiotherapy of Sport Science Pocari Sweat, Matias Ibo pun menjawabnya.
“Sebenarnya enggak ada perbedaan dari siklus 24 jam kita mau lari pagi, siang atau malam.Enggak ada masalah, itu tergantung dari kapan kita bisanya,” kata dia kepada awak media di Hotel Atlet Century Senayan, Rabu 6 Februari 2019.
Ada pula anggapan berlari di siang hari dengan mengenakan jaket akan membuat pembakaran lemak lebih maksimal. Matias mengingatkan bahaya kesehatan bagi mereka yang mempraktekkan cara tersebut.
“Kalau kita lihat orang-orang lari pakai jaket tertutup seperti petinju itu sebenarnya jangan dilakukan karena itu tips nomor satu kena stroke, serangan jantung dan semuanya. Alasan mereka keringatan banyak, berat badan jadi turun. Saya katakan enggak ada sekali lari berat badan langsung hilang 3 kg, enggak ada. Yang hilang itu cairan tubuh dan itu bahaya sekali, harus dihindari,” jelas dia dilansir VIVA.co.id.
Dia menambahkan, bagi seseorang yang memang ingin lari mungkin bisa mencobanya di sore hari. “Tergantung kitanya, kalau saya orang pagi, bangun jam 4 dan bisa lari ya apa-apa. Tapi ada orang yang bangun pagi butuh waktu 1,5jam untuk ready ya mendingan sore saja,” jelas dia.
Soal waktu ideal untuk berlari dia pun menyebut bisa dilakukan tiga hingga empat kali dalam seminggu. Dengan durasi waktu 30 menit hingga 1 jam. (Red)