KAB. SERANG – Di tengah langkanya gas LPG 3 kilogram akibat pembatasan penjualan, warga Kabupaten Serang membuat inovasi tungku alternatif.
Hal itu dilakukan Ade, warga Kampung Ragas Tegal, Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang, yang menghadirkan solusi dengan menciptakan tungku alternatif berbahan serbuk kayu.
Sejak jauh hari, Ade telah mengasah keterampilannya dalam membuat tungku berbahan bekas yang mudah ditemukan di sekitar.
Baginya, ini bukan sekadar solusi sementara, tetapi juga upaya menghadirkan kemandirian energi di tengah ketidakpastian pasokan gas.
“Ya saya dari jauh-jauh hari sebelum kelangkaan ini sudah mempersiapkan untuk membuat ini (tungku alternatif), daripada susah payah cari gas kan, di sini jauh kemana-mana,” ujarnya saat ditemui di kediamannya, Selasa (4/2/2025).
Terinspirasi dari kenangan masa kecilnya, Ade mengenang bagaimana kakeknya dahulu pernah membuat tungku serupa.
Dengan bantuan YouTube, ia mencoba mengembangkan kembali konsep tersebut hingga berhasil menciptakan tungku alternatif yang efisien dan ramah lingkungan.
“Bahannya sih cuma pake seng atau kaleng bekas cat juga bisa, terus dimasukan serbuk kayu bekas, dipadatin. Kalau pertama (menyalakan) iya menggunakan minyak agar cepat nyala, tapi sesudah itu mah gampang. Ini cuma pake satu (bilah irisan bambu) doang, api udah bisa besar dan awet,” jelasnya.
Tak ingin hanya menikmati manfaat sendiri, Ade juga membagikan ilmunya kepada warga sekitar agar mereka tidak selalu bergantung pada gas elpiji.
“Saya juga ngasih tahu buat kaya gini ke warga. Supaya warga tertarik dan mencobanya. Kalau gitu kan kita nggak cuma mengandalkan kompor gas doang,” paparnya.
Namun, di tengah kelangkaan yang sempat melanda, kabar baik akhirnya datang. Pemerintah kembali mengizinkan penjualan gas LPG 3 kg di warung-warung eceran.
Keputusan yang disambut lega oleh masyarakat, termasuk Ade.
“Saya tahu kalau mulai hari ini Presiden Prabowo sudah membolehkan jual eceran lagi. Saya sebagai pedagang eceran merasa lega dan puas aja, jadi nggak susah untuk cari gas dan usaha bagi saya,” ungkapnya.
Meski begitu, ia tetap melihat nilai dari inovasi yang telah ia buat. Dengan stok gas yang masih dimilikinya dan keberadaan tungku alternatif, ia tak perlu panik menghadapi lonjakan permintaan.
“Berharap cepat normal lagi aja seperti biasa. Harga jual mah standar aja, biasa di sini (Carenang) kan Rp 23 ribu, jadi ya udah segitu aja,” tuturnya.
Tak berhenti pada satu inovasi, Ade berencana untuk mengembangkan tungku berbahan bakar oli atau minyak dalam waktu dekat.
“Dalam waktu dekat atau minggu depan saya mau coba buat kompor pake bahan oli atau minyak gitu, niatnya mau ajak warga juga buat bikinnya,” ungkapnya penuh semangat.
Baginya, inovasi bukan sekadar jalan keluar, melainkan peluang untuk memberdayakan masyarakat.
“Kan lumayan, ada yang bisa las dapat kerjaan tambahan, dan warga juga selain bisa membuat sendiri, nanti kan bisa jadi alternatif kalau kondisi susah gas keulang lagi,” tandasnya.
Di tengah keterbatasan, Ade membuktikan bahwa kreativitas dan ketekunan mampu menghadirkan solusi. Selembar seng bekas, serbuk kayu, dan keinginan untuk berbagi—itulah bahan-bahan sederhana yang menjelma menjadi harapan di tengah ketidakpastian.
Penulis : Rasyid
Editor: Tb Moch. Ibnu Rushd