Beranda Opini Kaleidoskop 2024 UPA Perpustakaan Untirta

Kaleidoskop 2024 UPA Perpustakaan Untirta

Firman Hadiansyah.

Oleh Firman Hadiansyah, Kepala UPA Perpustakaan Untirta

Pada 2024, istilah Unit Pelayanan Teknis (UPT) di lingkungan universitas, berubah menjadi Unit Penunjang Akademik (UPA). Perubahan ini mendorong UPA Perpustakaan Untirta untuk lebih mengedepankan pelayanan dan kegiatan akademik yang lebih luas untuk menguatkan capaian Tri Darma Perguruan Tinggi. Selain itu, perpustakaan secara umum, sudah meredefinisi menjadi pusat ilmu pengetahuan. Maka, transformasi UPA Perpustakaan menjadi keniscayaan.

Di tengah tuntutan aksesibilitas ilmu pengetahuan yang cepat, mudah dan berkesinambungan, UPA Perpustakaan harus bisa adaptif dan memahami karakteristik pemustaka baik di internal kampus, maupun di eksternal. Terkait tuntutan tersebut, UPA Perpustakaan membuka layanan yang semula dari Senin-Jumat, menjadi Senin-Sabtu.

Pada tahun 2024, UPA Perpustakaan menginisiasi pelbagai diskusi dan bedah buku. Mendatangkan penulis dan terlibat langsung dengan pembaca adalah salah satu cara untuk menguatkan “transaksi” ilmu pengetahuan. Dengan seperti itu, perpustakaan tidak hanya berhenti pada layanan peminjaman dan pengembalian buku yang sudah rutin dilakukan. Dengan menghadirkan penulis ke tengah pembaca, secara tidak langsung, terjadi tuntutan bagi pemustaka untuk lebih memahami pemanfaatan buku dengan baik.

Saat ini, UPA Perpustakaan Untirta memiliki delapan puluh ribuan koleksi yang dapat dimanfaatkan pemustaka. Salah satu layanan untuk pemanfaataan buku, selain buku konvensional, adalah menguatkan perpustakaan digital. Saat ini UPA Perpustakaan Untirta memiliki koleksi lebih dari sepuluh ribu buku yang bisa diakses dengan mudah melalui telpon genggam atau komputer. Dengan minat pembaca yang cukup antusias dan sosialisasi yang massif oleh para pustakawan, tahun 2024, Untirta masuk ke dalam lima besar pembaca terbanyak di Indonesia untuk pemanfaatan perpustakaan digital ini.

Selain itu, UPA Perpustakaan Untirta juga melaksanakan Festival Buku yang bekerja sama dengan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Banten selama seminggu penuh dan berhasil mendatangkan ribuan pengunjung setiap harinya. Inisiasi ini adalah salah satu potret keberhasilan kolaboratif untuk pengembangan literasi, terutama di Banten. Berkat kegiatan tersebut, IKAPI memberikan penghargaan kepada Untirta sebagai universitas yang peduli dengan gerakan literasi.

Baca Juga :  Untirta Ikuti Kegiatan CALOHEA Capacity Building sebagai Perwakilan Anggota AUN-QA

Di waktu lain, UPA Perpustakaan bekerja sama dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat dan Jepang untuk mensosialisasikan akses pendidikan di kedua Negara tersebut. Sebagai bagian dari penunjang akademik, UPA Perpustakaan merasa perlu untuk memberikan transformasi jejaring kepada pemustaka di Untirta khususnya, agar mereka mengetahui program pendidikan yang bisa diakses pada kedua Negara tersebut.

Program lain yang diinisiasi pada tahun 2024 adalah “Pustakawan Masuk Desa” yang bekerja sama dengan LPPM pada program KKM. Kendati kami memiliki sumberdaya yang terbatas, tetapi tidak menjadi kendala untuk mengoptimalkan layanan yang lebih luas. Dengan program ini, mahasiswa yang melaksanakan KKM dan memiliki kegiatan literasi, kami dampingi dengan pelatihan, pemanfaatan buku dan menerjukan para pustakawan dan pengelola perpustakaan untuk ikut terlibat bersama mahasiswa ke desa-desa di Kabupaten Lebak, Pandeglang dan Serang.

Untuk menguatkan kerja sama di bidang perpustakaan dan literasi, UPA Perpustakaan Untirta bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (DPKD) Kabupaten Serang. Pertama, menyelenggarakan “Festival Literasik” selama lima hari; kedua, menginisiasi 100 Perpustakaan Desa Digital; ketiga, pendataan 326 Perpustakaan Desa di Kabupaten Serang. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari keberpihakan kampus secara langsung sehingga kebermanfaatan perpustakaan menjadi lebih optimal.

Hal yang cukup membanggakan sekaligus tantangan besar adalah ketika Rektor Untirta memberikan amanah untuk menerbitkan buku ajar bagi dosen-dosen di lingkungan Untirta. Seperti diketahui bahwa Untirta Press adalah lini dan menjadi bagian dari UPA Perpustakaan, sehingga penerbitan buku tentu menjadi tanggung jawab UPA Perpustakaan. Dengan kolaborasi yang apik bersama LPMPP, di akhir tahun, sudah terkumpul 182 naskah buku yang kemudian kami terbitkan.

Capaian lain yang menjadi momok bagi institusi akademik, termasuk UPA Perpustakaan Untirta adalah akreditasi. Di sisi lain, akreditasi adalah cermin layanan mutu sebuah lembaga. Harus kami akui, bahwa lima tahun ke belakang, UPA Perpustakaan lalai dengan tidak mengajukan akreditasi. Salah satunya karena faktor pandemi dan kepindahan layanan dari kampus Pakupatan ke Sindangsari. Namun berkat kerja sama dan itikad kuat dari civitas akademika Untirta, UPA Perpustakaan Untirta mendaftarkan diri untuk diakreditasi oleh Perpusnas RI dan berhasil mendapatkan Akreditasi A. Sebuah capaian yang patut disyukuri karena berkat predikat tersebut, UPA Perpustakaan Untirta telah diakui kualitasnya dan bersejajar dengan perpustakaan kampus besar di Indonesia.

Baca Juga :  Sandiaga Dorong Mahasiswa FEB Untirta Jadi Entrepreneur

Perpustakaan adalah jantungnya pendidikan. Maka UPA Perpustakaan Untirta senantiasa berusaha untuk beradaptasi dengan perubahan dan kebutuhan universitas dan masyarakat. (*)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News