KAB. TANGERANG – Sejumlah area persawahan di kawasan Desa Muncung, kecamatan Kronjo Kabupaten Tangerang, hingga kini masih terendam air.
Hal itu tentunya menyulitkan para petani untuk memulai aktivitas menanam padi di area sawah garapannya.
Berdasarkan pantauan BantenNews.co.id di lokasi, bentangan hektar sawah masih penuh terisi air yang diakibatkan tertutupnya saluran irigasi imbas mega proyek milik salah satu perusahaan yang diduga masih berkaitan dengan PT Agung Sedayu Group di kawasan kabupaten Tangerang.
Salah satu warga terdampak, Rauf mengungkapkan, kondisi kesulitannya untuk melakukan penanaman bibit padi. Hal itu lantaran area sawah garapannya masih terisi penuh air yang tidak mengalir lewat irigasi.
“Ini semua air mau lari ke mana kalau irigasi di sebelah sana (menunjukkan titik irigasi) ditutup sama proyek ini. Masih banjir gini nggak bisa di tanam, nanti mati (Padinya),” ujarnya saat diwawancarai wartawan di lokasi, Rabu (29/1/2025).
Dikatakan Rauf, sawah garapannya memiliki luas sebanyak 5 hektar yang tersebar di antara sisi Mega proyek tersebut. Rayuan dan bujukan kerap hadir kepadanya untuk menjual sawah yang kini menjadi tanggungjawabnya.
“Sebelah sana semua sudah di uruk. Ini aja masih bertahan, sering ini (lahannya) ditawar, tapi murah, ini dulu belian (sawah) 200 ribu lebih permeter, masa di tawar 170 ribu permeter,” tuturnya.
Meski begitu, Rauf tetap enggan memberikan lahannya kepada pemilik proyek karena hanya ditawar di bawah harga semestinya.
Alih-alih menguntungkan, berdirinya proyek di kawasan tersebut dinilai menjadi salah satu kesengsaraan yang dirasakan oleh masyarakat.
“Mereka nawar kan kadang banyakan, bahkan ada polisi juga yang membantu mereka membujuk saya untuk menjual. Kalau tidak mereka mengancam akan diuruk secara paksa,” terangnya.
Lebih lanjut, dikatakan Rauf, sejumlah oknum polisi bersama calo kerap mendatangi kediamannya di wilayah Desa Jenggot, kecamatan Mekar Baru, kabupaten Tangerang, untuk terus membujuknya untuk menjual lahan garapannya.
Di lokasi yang sama, Jasiman, seorang buruh tani di area sawah yang masih bertahan dari tawaran proyek tersebut, menjelaskan, puluhan kendaraan besar proyek yang terparkir di atas ratusan lahan yang telah di uruk telah lama tidak beroperasi.
Ia menilai, hal ini berkat dorongan kuat masyarakat untuk terus melakukan aksi penolakan terhadap pengembangan proyek diwilayahnya.
“Ini kendaraan proyek sudah tidak jalan, sudah lama karena di demo masyarakat. Rame ada dari advokat, nelayan dan petani juga waktu itu yang demo,” ucapnya.
Rencananya, kata Jasmani, pada akhir pekan mendatang akan dilakukan aksi penolakan lanjutan dari masyarakat sekitar, petani dan nelayan yang terdampak akibat tertutupnya saluran irigasi yang menutup akses air di sawah garapannya.
“Sabtu nanti rame lagi, tanggal satu mau pada demo lagi. Biar irigasi dibuka lagi, kan kalau gini (terendam) susah kita,” katanya.
Dengan begitu, warga berharap kedepannya dapat memiliki jawaban dimana tidak saling merugikan antar kedua belah pihak.
“Kalau mau bisnis mah ya jangan saling merugikan aja. Harus sama-sama enak,” tandasnya.
Penulis: Rasyid
Editor: Tb Moch. Ibnu Rushd