CILEGON – Pembangunan Jalan Lingkar Utara (JLU) Kota Cilegon menjadi topik menarik dalam gelaran debat perdana Pilkada Cilegon 2024 semalam. Ketiga pasangan calon masing-masing mengutarakan pendapat dan gagasannya mengenai pembangunan jalan tersebut.
Pembahasan mengenai pembangunan JLU Cilegon tersebut mencuat saat pasangan nomor urut 3, Isro-Uyun menanggapi jawaban pasangan nomor urut 1, Robinsar-Fajar mengenai strategi pengentasan pengangguran dan kemiskinan di Kota Cilegon.
Menurut Isro, salah satu strategi pengentasan pengangguran dan kemiskinan di Cilegon pemerintah perlu membangun JLU yang kemudian akan diisi oleh industri-industri padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja.
“Industri di Kota Cilegon hari ini sangat banyak padat modal bukan industri padat karya, sehingga salah satu strategi kami bagaimana JLU itu kita lanjutkan, maka di sana kita hadirkan industri padat karya,” katanya saat debat, Kamis (31/10/2024) malam.
Mendapat tanggapan seperti itu, Robinsar pun mengamini bahwa untuk pengentasan pengangguran dan kemiskinan JLU perlu dilanjutkan pembangunannya, sekaligus untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Cilegon.
“Tapi tidak hanya bangun jalannya saja, tapi pemerintah harus lebih hadir, BUMD nya harus lebih hadir dalam rangka meningkatkan PAD dan menciptakan pemerataan pembangunan,” ujarnya.
Tak cukup sampai di situ, Robinsar juga mengaku bakal berkolaborasi untuk mencari tambahan anggaran hingga ke pemerintah pusat untuk melanjutkan pembangunan JLU Cilegon yang mencapai sekitar Rp1 triliun.
“Untuk membuat JLU butuh anggaran yang besar yang tidak mungkin menggunakan APBD. Kita coba cari, kita masih muda dan masih kuat buat muter-muter, kita bisa ke pusat, kita bisa ambil DAK dari pusat untuk kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
Sementara itu, pasangan calon nomor urut 2 Helldy-Alawi terlihat sedikit pesimis dengan pembangunan JLU Cilegon yang bakal diisi oleh industri-industri padat karya yang bertujuan untuk mengentaskan pengganguran dan kemiskinan.
Menurut calon petahana ini, pembangunan industri padat karya di JLU bukan langkah yang tepat. Pasalnya, di sejumlah daerah di Banten industri-industri padat karya mulai berpindah ke luar daerah karena tekanan upah tinggi.
“Padat karya di Serang saja sudah pada pindah ke daerah Kendal karena UMK-nya (Kota Cilegon) tinggi. Bagaimana di Kota Cilegon ada padat karya,” ujarnya.
(STT/Red)