CILEGON – Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI, Brigjend TNI Roedy Widodo menyebut polarisasi terorisme saat ini mengalami perubahan.
Saat ini, polarisasi terorisme tidak lagi menggunakan kekerasan, melainkan berganti dengan pola baru berupa doktrinasi melalui sejumlah platform digital atau media sosial.
“Kita melihat gejala-gejalanya seperti digitalisasi radikalisme, fundraising atau penggalangan dana,” kata Roedy usai menghadiri upacara Hari Santri Nasional di Cilegon, Senin (22/10/2024).
Roedy menyampaikan, melihat fenomena perubahan pola terorisme yang telah melebur di tengah masyarakat tersebut, hal itu cukup mengkhawatirkan lantaran sulit terdeteksi.
“Sekarang sudah melebur bagaikan fenomena gunung es. Ini sudah tidak terlihat di permukaan,” ujarnya.
Lantaran kondisinya cukup mengkhawatirkan, di momentum Hari Santri Nasional 2024 ini Roedy mengajak kepada seluruh masyarakat dan pesantren di Indonesia untuk melawan paham-paham yang berbau radikalisme.
“Kita perlu membentengi 3 kelompok rentan yaitu perempuan, remaja, dan anak-anak. Hari Santri Nasional ini momen yang luar biasa untuk membentengi anak didik kita agar terjadi penguatan dan pemahaman,” ucapnya.
Dengan melakukan pencegahan dan perlawanan terhadap paham-paham yang dapat memecah belah persatuan tersebut, Roedy berharap akan terciptanya community resilience atau ketahanan dan pengutan bersama.
“Pencegahan, penangkalan sejak dini, dan perlawanan dari lingkungan individu, keluarga, komunitas, masyarakat sampai dengan bangsa Indonesia sehingga diharapkan terjadi suatu commnunity resilience dengan adanya kewaspadaan dan ketahanan yang cukup kuat,” tutupnya. (STT/Red)
 RI, Brigjend TNI Roedy Widodo menyebut polarisasi terorisme saat ini mengalami perubahan.){kind=link}