Beranda Peristiwa Cerita Farhan Selamat Tergulung Tsunami Setinggi 5 Meter di Tanjung Lesung

Cerita Farhan Selamat Tergulung Tsunami Setinggi 5 Meter di Tanjung Lesung

Farhan mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Drajat Prawiranegara setelah tergulung tsunami 5 meter di Tanjung Lesung - Fotografer Usman Temposo/BantenNews.co.id

SERANG – Bencana tsunami Selat Sunda yang menerjang wilayah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang, Sabtu (22/12/2018) membawa luka mendalam. Bagaimana tidak, bencana yang diduga disebabkan erupsi Gunung Anak Krakatau itu menimbulkan banyak korban jiwa.

Bagi korban selamat peristiwa tsunami yang terjadi kawasan wisata Anyer, Cinangka, Carita, Tanjung Lesung dan Ujung Kulon begitu memilukan dan sangat mengerikan.

Seperti diungkapkan Farhan salah seorang korban selamat tsunami Selat Sunda. Farhan merupakan pegawai di Badan Pengelola Pajak Daerah (BPPD) Kabupaten Serang yang juga putera Mantan Sekda Kabupaten Serang, Lalu A Salam.

Sambil menahan rasa sakit karena luka serius di kaki kanannya, Farhan bercerita sebelum terhempas tsunami sekitar 5 meter, ia dan beberapa rekan kerjanya sedang melakukan tugas evaluasi kunjungan hotel dan penginapan di wilayah wisata Anyer.

Dia tak menyangka jika bakal terjadi tsunami dahsyat yang menerjang kawasan wisata ternama di Provinsi Banten itu. Namun demikian, dia mengaku melihat keanehan di langit sekitar wisata Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang dimana sore itu langit tampak memerah. Foto itu diambil di salah satu resort di sekitar Tanjung Lesung, dimana rombongan rehat sebelum melakukan tugas.

“Saya juga memotret langit saat sore sebelum magrib, cahanya Sunset itu aneh, biasanya orange, tapi saat itu memerah,” ujarnya ditemui di ruang rawat inap Rumah Sakit Drajat Prawiranegara, Senin (24/12/2018).

Dia pun tak menaruh curiga bakal datang bencana tsunami yang menerjang dirinya beserta rombongan. Sebab, situasi saat itu tampak biasa dan tak ada tanda-tanda apapun yang dapat memicu tsunami seperti adanya gempa.

Beberapa jam berselang, dia bersama rombongan sedang makan malam di sebuah aula. Tiba-tiba saja terdapat sapuan ombak besar, namun masih dalam kapasitas kecil. Alirannya tak cukup besar menyapu bangunan.

Namun berselang beberapa menit, ombak kedua datang begitu besar. Dia memperkirakan setinggi 5 meter yang menyapu semua yang ada. Bahkan bangunan resort hancur.

“Gelombang kedua itu besar sekali. Yang lain saat ombak pertama sudah lari karena panik, tapi saya menyelamatkan handphone dulu karena menurut saya handphone bisa bermanfaat karena handphone saya kan anti air,” paparnya.

Namun tak lama setelah menyelamatkan handphone, dia langsung tersapu gelombang tsunami besar. Dia mencoba berenang, namun tak kuasa karena terkena hantaman benda tumpul seperti balok.

“Kepala saya terhantam balok, saya serasa tak sadarkan diri. Tapi hati saya bilang, jangan pingsan, jangan pingsan, saya mencoba kuat. Saya terus berenang, tapi kaki saya seperti tertusuk kayu. Dari situ saya serasa pasrah karena sudah tak kuat lagi,” ceritanya serasa menahan sedih sambil menerawang.

Beberapa saat dia pun terombang ambing gelombang tsunami tak tahu arah. Dia hanya bisa pasrah karena sudah tak punya daya untuk berenang. Namun mukjizat datang. Dia kemudian menemukan batang pisang dan kemudian dia peluk dan akhirnya dia terselamatkan dan terdampar di sekitar pantai.

“Tapi saya serasa tak kuat lagi untuk bergerak. Kaki saya luka berat, saya tak berdaya,” katanya.

Saat terdampar di pantai, warga yang berada di sekitar lokasi dirinya terdampar justru menyebar isu bahwa ada tsunami susulan. Beberapa orang pun meminta dirinya untuk berlari. Namun dia tak sanggup lagi.

“Saya pasrah, tidak kuat lagi. Napas saya serasa sudah di ujung tenggorokan. Bapak saja yang lari menyelamatkan diri,” katanya lirih.

Namun warga terus meminta pertolongan. “Tolong ini ada korban masih hidup kakinya patah, tapi orang itu tidak mau nolong karena sedang menyelematkan keluarganya,” paparnya.

Saat bersamaan, ada seorang warga membawa motor. Warga kemudian mengevakuasi Farhan menggunakan motor. Namun sial, motor tersebut mogok di tengah jalan karena kehabisan bahan bakar.

“Itu di tengah jalan saat semuanya panik tiba-tiba kehabisan bensin,” katanya.

Namun secara tak sadar warga melihat handphone Farhan yang tampak masih menyala. Kemudian warga pun diminta menghubungi nomor yang ada di handphone.

“Kata warga pak handphone bapak masih menyala. Saya langsung saja, ya sudah pak hubungi nomor yang ada di handphone. Tidak lama kemudian Alhamdulillah teman-teman dari Pemkab Serang datang mengevakuasi. Saya langsung dibawa ke rumah sakit dan langsung dioperasi,” imbuhnya.

Sementara 5 rekan kerjanya diketahui tewas setelah dihantam tsunami. (Man/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News