Beranda Opini Ketidakadilan dalam Program Kesehatan Kerja bagi Pengumpul Sampah: Perspektif Etis dan Implikasi...

Ketidakadilan dalam Program Kesehatan Kerja bagi Pengumpul Sampah: Perspektif Etis dan Implikasi Pos Upaya Kesehatan Kerja

Dini Daningrum

Ketidakadilan dalam program kesehatan kerja bagi pengumpul sampah mencerminkan tantangan besar dalam upaya mencapai kesejahteraan sosial dan kesehatan masyarakat. Pengumpul sampah, yang sering kali bekerja dalam kondisi yang berbahaya dan tidak teratur, sering kali diabaikan dalam kebijakan kesehatan yang lebih luas. Hal ini menimbulkan beberapa isu etis dan praktis yang perlu dicermati.

Kondisi Kerja yang Berisiko

Pengumpul sampah beroperasi di lingkungan yang penuh risiko, termasuk paparan terhadap bahan berbahaya dan infeksi. Namun, program kesehatan kerja yang ada sering kali tidak menjangkau mereka secara efektif. Banyak pengumpul sampah tidak memiliki akses ke layanan kesehatan yang memadai, seperti pemeriksaan kesehatan rutin atau pelatihan keselamatan kerja. Ketidakadilan ini menunjukkan bahwa mereka tidak diperlakukan setara dengan pekerja lainnya yang memiliki akses lebih baik terhadap program Kesehatan.

Kurangnya Perlindungan Sosial

Program-program kesehatan kerja umumnya dirancang untuk pekerja formal dengan kontrak kerja yang jelas. Sebaliknya, pengumpul sampah sering kali bekerja secara informal tanpa perlindungan hukum. Hal ini mengakibatkan mereka kehilangan hak atas jaminan kesehatan dan keselamatan kerja. Ketidakadilan ini menciptakan kesenjangan dalam perlindungan sosial, di mana kelompok rentan seperti pengumpul sampah tidak mendapatkan perhatian yang seharusnya.

Pentingnya Keterlibatan Masyarakat

Untuk mengatasi ketidakadilan ini, perlu adanya pendekatan yang lebih inklusif dalam merancang program kesehatan kerja. Keterlibatan masyarakat dan pengumpul sampah itu sendiri dalam perencanaan program sangat penting untuk memastikan bahwa kebutuhan mereka diperhatikan. Program kesehatan harus dirancang dengan mempertimbangkan konteks sosial dan ekonomi mereka, serta melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses tersebut

Pengumpul sampah menghadapi berbagai risiko kesehatan yang signifikan, diantaranya:

1.       Gangguan Kesehatan Kulit:

Kontak langsung dengan sampah yang berpotensi mengandung bahan berbahaya dapat menyebabkan gangguan kulit, seperti ruam dan iritasi kulit

2.      Penyakit Gastrointestinal:

Peningkatan kasus diare dan gangguan gastrointestinal lainnya disebabkan oleh kontaminasi makanan dan lingkungan yang tidak higienis.

3.       Gangguan Otot Rangka:

Aktivitas manual yang berulang-ulang dalam pengumpulan sampah dapat menyebabkan gangguan otot rangka, seperti kelelahan dan nyeri punggung..

4.       Gangguan Saluran Pernapasan:

Paparan gas berbahaya seperti H2S dan NH3 dari timbunan sampah dapat menyebabkan gejala pernafasan seperti pusing, sakit kepala, dan hidung terasa kering.

 

 

5.       Hepatitis A dan Infeksi Parasit:

Kontaminasi dengan bakteri dan parasit dapat menyebabkan hepatitis A dan infeksi parasit lainnya

6.      Asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (COPD):

Paparan partikel allergen, toksin, dan infeksi dalam sampah dapat meningkatkan risiko asma dan COPD

7.       Cedera Fisik:

Pengumpulan sampah manual tanpa perlindungan yang tepat dapat meningkatkan risiko cedera fisik seperti luka sayatan, memar, dan robekan

8.      Infeksi dan Penyakit Menular:

Paparan limbah medis dan logam berat dapat menyebabkan infeksi dan penyakit menular lainnya.

 

Peningkatan peran Pos Upaya Kesehatan Kerja

Upaya kesehatan kerja (UKK) sangat penting bagi petugas pengumpul sampah untuk mengurangi risiko kesehatan yang mereka hadapi. Berikut adalah beberapa peran dan strategi yang efektif dalam upaya kesehatan kerja untuk petugas pengumpul sampah yang dapat diterapkan:

1.       Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

·        Masker: Mengurangi paparan bahan berbahaya yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, seperti partikulat halus dan gas berbahaya.

·        Sarung Tangan: Mencegah kontak langsung dengan sampah yang dapat menyebabkan infeksi dan gangguan kulit

·        Helm dan Pelindung Mata: Melindungi kepala dan mata dari benda tajam dan berat.

·        Sepatu Boot: Mencegah cedera kaki akibat terkena benda tajam

2.       Pemeriksaan Kesehatan Rutin

·        Pemeriksaan Kesehatan: Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin untuk mendeteksi gangguan kesehatan awal

·        Imunisasi: Meningkatkan imunitas melalui vaksinasi, seperti vaksin Hepatitis B untuk melindungi dari infeksi

3.       Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

·        Cuci Tangan: Melakukan cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air bersih untuk mengurangi risiko infeksi.

·        Mandi Setelah Beraktivitas: Membersihkan tubuh setelah beraktivitas mengelola sampah untuk menghilangkan kuman penyakit.

4.       Pengaturan jadwal Kerja

·        Pengaturan jadwal kerja: Mengatur jadwal kerja untuk mengurangi durasi, frekuensi, dan intensitas pajanan kepada pekerja, sehingga mengurangi risiko gangguan pernapasan dan cedera fisik

5.      Edukasi dan Sosialisasi

·        Edukasi K3: Melakukan edukasi tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk meningkatkan kesadaran pekerja tentang pentingnya penggunaan APD dan perilaku hidup bersih

·        Sosialisasi: melakukan sosialisasi secara kontinyu disertai dengan monitoring dan evaluasi tentang penerapan penggunaan APD dan perilaku hidup bersih. Monitoring dilakukan untuk memastikan bahwa pekerja memahami dan mengikuti prosedur yang aman

Dengan meningkatkan peran pos UKK, diharapkan upaya kesehatan kerja dapat signifikan mengurangi risiko kesehatan bagi petugas pengumpul sampah dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Penulis : Dini Daningrum

Mahasiswa Proram Studi Doktor Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat – Universitas Hasanudin

Makassar – Tahun 2024

 

(*)

 

 

 

 

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News