Beranda Opini Pahlawan dan Pengkhianat

Pahlawan dan Pengkhianat

Pelatihan Timnas Indonesia, Shin Tae Yong - foto istimewa suara.com

Oleh Wahyu Arya

Seorang pahlawan di satu negara, bisa jadi bajingan untuk negera lain. Padahal ia merupakan orang yang sama.

Bung Tomo bisa jadi seorang pejuang revolusioner dengan semboyan “merdeka atau mati” yang membakar semangat ratusan ribu dada para pemuda Surabaya. Tapi Bung Tomo bisa jadi hanya begundal tengik di mata pasukan Inggris dalam pertempuan 10 November 1945 di Surabaya.

Begitu juga Cornelis de Houtman yang menginjakkan kaki di teluk Banten pada 27 Juni 1596 silam. Bagi investor Belanda, ia tentu pahlawan devisa kerajaan yang membuka jalur baru perdagangan. Tapi bagi masyarakat di tanah Kesultanan bisa jadi itu awal bencana keserakahan kapitalis mengekslopitasi bumi jajahan.

Posisi yang sama juga bisa untuk melihat posisi pelatih Timnas, Shin Tae-yong (STY). Di kalangan pendukung fanatik sepak bola Korea Selatan, STY tak lebih sebagai seorang pengkhianat yang mengubur tiket timnas Korea Selatan menuju Olimpiade Paris 2024. Tapi orang yang sama, menjadi pahlawan yang mampu meracik pemain skuad garuda U-23 menuju semi final Piala Asia.

Bukankan itu soal point of view. Soal sudut pandang. Dalam kehidupan sehari-hari itu tentu hal yang biasa. Selalu ada dua sisi–bahkan bisa terlalu kompleks–untuk menilai seseorang dari sekedar baik dan buruk. Hitam putih, dan sebagainya.

Dalam sastra, khususnya novel, tokoh utama sebagai manusia biasa seringkali lepas dari satu sudut pandang. Orang yang agung pada satu momentum, tapi profan pada momentum lain. Suci pada satu kesempatan, tak begitu kuat menghindari dosa pada lain kesempatan. Ia dinamis, pejuang keras untuk mendapatkan jati diri dalam cerita dan lingkungan yang membentuknya.

Dari tarik menarik dan kayanya sudut pandang itulah yang membuat hidup jadi lebih berwarna. Tarik menarik antara baik dan buruk, pasti dan ragu, tinggi dan rendah, dan sebagainya membuat manusia tak ubahnya pendulum yang bergerak konstan kiri dan kanan. Terus bergerak menemukan keseimbangan dan kestabilan yang bukan berarti: diam. (*)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News