LEBAK – Tradisi membunyikan meriam sebagai tanda waktu berbuka puasa dan waktu imsak di Masjid Agung Al-Araaf hingga kini masih tetap bertahan. Tradisi tersebut sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam.
Candra, salah seorang petugas Masjid Al-Araaf mengatakan, jika tradisi membunyikan meriam ini dilakukan sejak puluhan tahun lalu, dan hingga saat ini pun setiap bulan Ramadan selalu menyalakan meriam untuk pertanda berbuka puasa.
“Ada 2 meriam yang ada di Masjid Al-Araaf ini, meriam yang terbuat dari besi dengan panjang 3 meter tersebut menggunakan karbit sebagai bahan untuk meletuskannya,” kata Candra saat ditemui di Masjid Al-Araaf, Sabtu (16/3/2024).
Ia mengungkapkan, tidak hanya pada saat waktu berbuka puasa meriam dinyalakan, tapi saat imsak pun meriam tersebut dinyalakan sebagai pertanda waktu datangnya imsak.
“Keberadaan meriam itu pun menjadi daya tarik bagi masyarakat, khususnya yang hendak melaksanakan buka puasa dan dilanjutkan salat Maghrib berjemaah dan tarawih di Masjid Agung,” ujarnya.
Ia menambahkan, jika suara meriam tersebut tergantung akan arah angin, jika dalam kondisi bagus bisa terdengar sampai radius 2 hingga 3 kilometer. Tradisi meriam ini akan terus dilestarikan untuk warga Rangkasbitung dan juga di Masjid Agung Al-Araaf.
“Insyaallah tradisi meriam ini akan terus kami jaga dan tetap kami lestarikan,” ucapnya.
Sementara itu, Andi warga Rangkasbitung mengatakan, bahwa dirinya bersama teman-temannya sengaja datang ke Masjid Agung Al-Araaf hanya untuk mendengarkan suara meriam tersebut.
“Saat meriam berbunyi, saya dan teman-teman pun langsung berbuka puasa,” katanya. (San/Red).