KESULTANAN Banten dalam masa perkembangan awalnya merupakan kota yang berfungsi sebagai pusat kerajaan yang bercorak maritim. Sehingga tidaklah mengherankan jika Banten menitikberatkan kehidupan perekonomiannya pada perdagangan, dan kekuatan militernya lebih dititikberatkan pada kekuatan angkatan laut.
Keberadaan Banten Lama sebagai pusat pemerintahan kesultanan, serta kota bandar yang dilengkapi dengan berbagai sarana, diberitakan dengan jelas oleh Belanda ketika mengirimkan ekspedisi pertamanya menuju Banten di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Di situ digambarkan secara terperinci tentang keberadaan Banten Lama oleh Houtman, bahwa kota dilengkapi dengan keraton, masjid, alun-alun, pasar, pelabuhan, jalan, dan perkampungan penduduk dari berbagai daerah. Pada masa itu, terdapat kelompok masyarakat asing yang antara lain berasal dari Melayu, Benggala, Gujarat, Cina, Arab, Turki, Persia, Belanda, dan Portugis. Adapun para pedagang dari Nusantara yang menetap di Banten Lama antara lain berasal dari Maluku, Makassar, Banda, Sumbawa, dan Gresik (BP3 Serang, 2005).
Berdasarkan identifikasi toponim yang telah dilakukan, terdapat sejumlah pemukiman kuna di Banten. Pemukiman tersebut dibedakan berdasarkan suku bangsa dan jenis pekerjaan mereka. Pemukiman tersebut antara lain:
– Kefakihan: kampung para ulama
– Pamarican: kampung penyimpan merica dan barang-barang lain
– Pabean: kampung tempat pemungutan bea masuk dan bea keluar Banten
– Kaloran: kampung tempat tinggal Pangeran Lor
– Kawangsan: kampung tempat tinggal Pangeran Wangsa
– Kapurban: kampung tempat tinggal Pangeran Purba
– Penjaringan: kampung para nelayan
– Pakojan: kampung tempat tinggal orang-orang India
– Pratok: kampung perajin alat-alat yang terbuat dari tempurung kelapa
– Pasulaman: kampung perajin sulam
– Karangantu: kampung orang-orang asing
– Pamaranggen: kampung para pembuat keris
– Pawilahan: kampung para pembuat barang-barang dari bambu
– Pakawatan: kampung para pembuat alat-alat renda dari kuningan serta pembuat jala
– Kamendalikan: pemukiman Pangeran Mandalika
– Kebalen: pemukiman orang Bali
– Kampung Kasemen : wilayah yang dipenuhi pohon asem
– Kawiragunan: pemukiman Pangeran Wiraguna
– Pajantran: kampung perajin tenun
– Kepandean: kampung pande besi
– Kasantrian: kampung para santri
– Kabupaten: tempat tinggal Pangeran Banten
– Kasunyatan: tempat tinggal ahli agama
– Kagongan: kampung para pembuat gong.
Dengan melihat banyaknya perkampungan dengan latar belakang penduduk yang beragam tersebut, logikanya mereka, para pendatang, akan membawa budaya dari daerah asalnya. Pada umumnya, budaya yang dibawa dari daerah asal tersebut akan berpadu dengan budaya daerah setempat. Sehingga tercipta budaya materi yang baru sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan baru. (Red)