Beranda Kesehatan Ternyata Atlet Lebih Berisiko Terkena Aritmia Jantung

Ternyata Atlet Lebih Berisiko Terkena Aritmia Jantung

(Gambar: emc.id)
(Gambar: emc.id)

SERANG – Jika jadi atlet banyak yang berpikir akan punya tubuh lebih bugar dari orang kebanyakan. Padahal perlu diwaspadai loh, karena atlet lebih berisiko alami aritmia. Kok bisa sih?

Aritmia adalah gangguan irama jantung atau penyakit yang menyebabkan jantung berdetak secara lebih cepat, lebih lambat, atau bahkan tak beraturan.

Dijelaskan Konsultan Intervensi dan Aritmia jantung Eka Hospital BSD, dr. Ignatius Yansen Ng, Sp.JP (K), FIHA atlet memang lebih berisiko mengalami aritmia dibanding orang pada umumnya.

“Menurut studi yang dilakukan oleh Canterbury Christ Church University di Canterbury, Inggris mengatakan bahwa atlet memiliki risiko 2.46 kali lipat lebih tinggi untuk terkena gangguan irama jantung dibandingkan dengan mereka yang bukan atlet,” ujar dr. Ignatius melansir suara.com (jaringan BantenNews.co.id).

Selain disebabkan karena keturunan, diabetes, hipertensi, stres, merokok hingga konsumsi alkohol, aritmia bisa juga terjadi akrena apnea tidur. Sehingga kata dr. Ignatus, aritimia bukan hanya disebabkan satu faktor saja.

“Penelitian telah menemukan jika atlet memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan irama jantung atau fibrilasi atrium. Namun meski begitu ini bukan menandakan jika sering berolahraga menyebabkan gangguan irama jantung, melainkan atlet diketahui berkaitan dengan gangguan irama jantung,” jelas dr. Ignatius.

Perlu diketahui, atlet adalah profesi yang mengharuskan untuk sering berolahraga sehingga fisik mereka aktif. Sedangkan orang yang aktif secara fisik akan sering mengalami peningkatan detak jantung secara berkala, dan hal tersebut kurang baik untuk seseorang yang memiliki faktor risiko aritmia.

Risiko atlet terkena aritmia ini diperkuat jika mereka menggeluti cabang olahraga campuran seperti sepakbola, sehingga memiliki risiko aritmia yang lebih tinggi dibandingkan atlet yang bermain di cabang olahraga ketahanan seperti berlari dan berenang.

“Kejadian aritmia lebih tinggi terutama pada atlet karena latihan yang intensif sehingga beban jantung juga semakin tinggi dibandingkan orang awam yang melakukan olahraga,” papar dr. Ignatius.

Olahraga inilah, yang kata dr. Ignatius menyebabkan menyebabkan penebalan otot jantung yang akan meningkatkan risiko aritmia jantung.

Tapi tenang, penderita aritmia tetap bisa berolahraga kok. Termasuk atlet dengan aritmia bisa berolahraga dengan syarat sudah berkonsultasi dan lebih dulu ikuti saran dokter.

“Jenis olahraga yang bisa dilakukan seperti peregangan tubuh, aerobik ringan, berenang, sepeda dan jogging,” tutup dr. Ignatius.

(Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News