Beranda Pendidikan Diday Tea, Pekerja Migran yang Aktif Menulis di Qatar

Diday Tea, Pekerja Migran yang Aktif Menulis di Qatar

Diday Tea (ketiga dari kiri) saat acara diskusi proses kreatif. (IST)

SELEPAS lulus dari SMK jurusan Analis Kimia di Bandung pada 2001, Diday Tea merantau ke Cilegon untuk bekerja di sebuah pabrik di Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten. Di daerah ujung barat Pulau Jawa ini, Diday Tea mencari nafkah sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

“Sebetulnya saya dulu ingin masuk militer, masuk SMA Taruna Nusantara. Tapi karena gigi saya ada yang patah, orangtua menyarankan saya masuk SMK analis kimia, alasannya biar cepat kerja,” kenang Diday saat diskusi proses kreatif di Rumah Dunia, Minggu (25/6/2023).

Di sela kesibukannya bekerja, pemilik nama lengkap ini Dedy M Sugiharto ini menghabiskan dengan membaca buku. Kegemarannya membaca buku itu masih ia lakoni hingga kini. “Sehari baca tiga buku. Saya pake speed reading. Saya punya teknik baca cepat ini pakai teknik yang saya sebut jurus pocong. Teknik ini saya bagikan di akun medsos saya,” ujarnya.

Dalam catatan Diday Tea, Speed Reading adalah memperluas Peripheral Vision. Ketika kita fokus ke suatu titik di dalam buku, maka luas area yang masih terlihat tajam dan jelas adalah peripheral vision kita. Semakin luas, maka peripheral vision kita semakin bagus

“Nah, jurus pocong itu intinya seperti itu, dengan meloncat-loncat fokus pandangan kita di dua atau 3 titik kosong di dalam satu baris buku yang kita baca. Semakin mahir, maka titik fokus kita akan semakin sedikit. Awalnya satu baris, nanti ketika sudah terbiasa, kita akan bisa membaca satu paragraf penuh hanya dengan fokus ke satu titik di tengah paragraf itu saja,” ujarnya.

Pada 2004, Diday Tea masuk program Kelas Menulis di Rumah Dunia. Di komunitas Rumah Dunia, pria yang saat ini dikaruniai tiga anak dilatih kemampuan menulis fiksi maupun non-fiksi oleh Gol A Gong, Toto ST Radik, dan lainnya.
“Waktu SD saya bermimpi bisa kerja di luar negeri. Saat di Kelas Menulis, saat mimpi jadi penulis,” ungkapnya.

Satu per satu mimpi Diday Tea tercapai. Pada 2008, ia bisa terbang dan bekerja sebagai laboratory technician di sebuah pabrik petrokimia di Doha, Qatar. Dua tahun di Qatar, Diday menerbitkan buku ‘Oase Kehidupan dari Padang Pasir” (Quanta, 2010). Buku ini berisi kumpulan cerita-cerita ringan, mengombinasikan pengalaman pribadi dengan mengutip ayat dari Alquran atau quote.

Geliatnya menulis Diday semakin terpompa saat di Qatar saat ada kegiatan ‘Gempa Literasi Asia’ pada 2012. Pada saat itu Gol A Gong dan istrinya Tias Tatanka hadir di Qatar untuk mengguncang gerakan literasi kepada para diaspora di Qatar. Diday Tea bersama Komunitas Qatar Menulis memanfaatkan moment itu untuk memperkuat kemampuan menulisnya Selain pelatihan menulis, kegiatan yang bersamaan dengan perayaan Hari Buku Sedunia itu disambut hangat keluarga pekerja migran Indonesia yang berdatangan ke Aspire Park, Stadion Nasional Doha.“Sungguh pesta literasi yang tidak bisa dilupakan. Saya dan teman-teman besemangat menulis,” Diday mengenang.

Dua tahun kemudian, terbit buku keduanya yang berjudul “Apa Yang Paling Berkesan Hari Ini?” (Quanta, 2014). Buku ini berkisah tentang berbagai kisah yang dialami Diday, termasuk kehidupannya di Qatar. Saat pandemi Covid-19, Diday merampungkan naskah bukunya yang berjudul Gigih dan diterbitkan Republika.
“Saat ini saya sedang menyiapkan buku berjudul Positif Sinting. Sedang proses editing,” ujarnya.

Selain buku-buku yang ditulis sendirian, Diday Tea juga menerbitkan sekitar 10 buku yang ditulis bersama penulis lainnya. Buku-buku karyanya lebih banyak buku non-fiksi. Buku Diday Tea saat ini juga sudah masuk dalam koleksi perpustakaan nasional Qatar.

Diday Tea memiliki tips untuk menjaga semangat menulis di tengah kesibukannya kerja. Ia selalu mencatat setiap peristiwa penting dan menarik di ponselnya. Catatan itu akan menjadi kumpulan ide yang siap kapan pun digarap menjadi tulisan. “Ketika ingin menulis, saya tinggal buka bank ide,” ujarnya seraya menyebut sudah ada ratusan ide tulisan yang ada di catatannya.

Diday menyadari, pencapaiannya saat ini karena kegemarannya membaca buku. Sebagai bentuk pengabdiannya kepada masyarakat, Diday Tea membagikan buku untuk masyarakat. Diday ingin agar minat baca masyarakat terus meningkat. (ink/red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News