SERANG – Laporan “Wealth Expectancy Report 2022” dari Standard Chartered mengkaji perubahan keputusan berinvestasi dari lebih dari 15.000 investor emerging affluent, affluent dan high net worth (HNW) di 14 negara – termasuk Indonesia.
Kajian ini juga mencakup pergerakan di pilihan kelas aset utama dalam berinvestasi. Hasil survei menunjukkan bahwa sehubungan dengan tantangan ekonomi saat ini, 81% investor lokal kini lebih aktif mengelola kekayaan dan mengubah strategi investasi mereka, .
Investor Indonesia menyatakan inflasi (40%), ancaman resesi (40%) dan ketidakpastian ekonomi global (38%) sebagai kekhawatiran utama mereka. Meningkatnya inflasi (34%), resesi (27%) dan ketidakpastian ekonomi global (22%) juga merupakan kekhawatiran utama bagi investor internasional.
Dalam satu tahun terakhir, investor lokal telah melakukan perubahan dalam mengatur keuangan mereka, seperti mengurangi pengeluaran (28%) dan membuat keputusan baru seputar portofolio mereka (28%), yang menyebabkan perubahan pada proporsi kelas aset utama.
Untuk mengatasi inflasi, 61% investor global ingin mengurangi porsi kepemilikan uang tunai mereka, begitu juga halnya dengan 61% investor di Indonesia. Berdasarkan tanggapan investor Standard Chartered memperkirakan bahwa alokasi kas global akan turun dari 26% pada tahun 2022 menjadi 15% pada tahun 2023.
Para investor juga sedang mempertimbangkan kembali kepemilikan ekuitas mereka karena volatilitas pasar yang meningkat, meskipun kelas aset ini akan tetap menjadi bagian penting dari portfolio mereka. Berdasarkan respon survey, ada indikasi bahwa alokasi saham di portfolioportfolio di Indonesia akan turun dari 9,5% menjadi 7% di tahun depan.
Tahun ini, investor Indonesia terus menunjukkan minat yang tinggi terhadap emas, dengan 60% mengatakan mereka berinvestasi di aset ini sebagai akibat dari inflasi. Selain itu untuk memerangi inflasi pada tahun 2022 ada minat pada value stock sebesar 41% dan obligasi sebesar 41%.
Investasi berkelanjutan akan terus mendapatkan minat dan modal investor, meskipun kekhawatiran terjadinya greenwashing tetap ada. Lebih dari separuh investor global (52%) berharap dapat meningkatkan investasi berkelanjutan mereka pada tahun 2023. Sementara 61% investor di Indonesia juga berencana demikian.
Aset digital terus menarik minat investor
Penelitian mengungkapkan bahwa 79% investor lokal masih percaya bahwa aset digital adalah bagian penting dari portofolio investasi , meskipun ada banyak kemunduran di pasar tersebut tahun ini.
Saat ini, 66% investor global memegang aset digital, dibandingkan dengan 80% investor di Indonesia. Kedepannya, 79% investor lokal yang disurvei berencana untuk meningkatkan investasi mereka pada aset digital di tahun mendatang. Alasannya, banyak yang mengatakan bahwa mereka telah melihat orang lain mendapatkan keuntungan yang signifikan dari aset digital (32%), dan 30% lainnya menganggapnya sebagai cara yang baik untuk mendiversifikasi portofolio mereka.
Namun, penting untuk dicatat bahwa survei ini dilakukan sebelum bangkrutnya bursa kripto (crash FTX) dan peristiwa-peristiwa lainnya yang terjadi beberapa minggu terakhir dapat mengurangi sentimen ini.
Membantu investor membuat keputusan yang lebih baik
Sebagian besar investor global yang disurvei (62%) umumnya mengelola keuangan mereka sendiri, walaupun terdapat beberapa variasi di berbagai negara. Banyak investor di Indonesia (33%) menggunakan manajer wealth profesional. Rata-rata, di 14 negara, investor yang lebih muda (18-35 tahun) (63%) cenderung menggunakan profesional dibandingkan dengan 39% di kalangan usia 55+ tahun. Rata-rata, investor yang memanfaatkan manajer profesional lebih cenderung memiliki portofolio yang terdiversifikasi dan kepemilikan yang lebih tinggi dalam investasi berkelanjutan.
Marc Van de Walle, Global Head, Wealth Management, mengatakan investor menghadapi kenyataan yang kompleks, dengan inflasi, ancaman resesi, dan peringkat ekonomi global yang tidak pasti sebagai kekhawatiran utama mereka.
“Riset kami mengungkapkan bahwa mereka membuat perubahan dalam alokasi portofolio menghadapi tantangan ini, tetapi penting bagi mereka untuk membuat keputusan yang selaras dengan tujuan dan lingkungan eksternal mereka,” ujarnya, Minggu (11/12/2022).
“Kami percaya bahwa portofolio yang terdiversifikasi dengan strategi menghasilkan pendapatan multi-aset memberikan beberapa peluang terbaik saat ini. Portfolio jenis ini dikombinasikan dengan saran personal dari wealth manager dapat membantu investor mengatasi kondisi pasar saat ini dan mencapai tujuan jangka panjang mereka,” ucapnya.
Sementara itu, Meru Arumdalu, Head of Wealth Management, Standard Chartered Indonesia menambahkan survei ini menunjukkan bahwa investor di Indonesia sangat adaptif dalam pendekatan investasinya, sejalan dengan bagaimana tren pasar yang terus bergerak.
“Sebagai contoh, sebanyak 45% investor yang berinvestasi di produk ESG mengatakan bahwa mereka melakukannya setelah membaca dan membekali diri mereka sendiri tentang manfaat investasi ESG. Kami percaya bahwa saran investasi yang profesional dan personal dapat membantu investor secara lebih lanjut dalam mencapai tujuan kekayaan mereka,” katanya.
(Ril/Red)