KAB. SERANG – Tiga tempat wisata menjadi fokus Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Serang untuk dikembangkan. Ketiganya yakni Wisata Religi Kitab Kuning Syekh Nawawi Al-Bantani di Kecamatan Tanara, Pantai Anyer-Cinangka, dan Desa Wisata.
Pengembangan wisata religi di Kecamatan Tanara dinilai memiliki potensi yang tidak ada di daerah lain. Salah satunya yaitu sejarah mengenai Kitab Kuning Syekh Nawawi Al-Bantani yang bisa dijadikan sarana edukasi.
Sekretaris Disporapar Kabupaten Serang Beni Kusnandar mengatakan pengkajian pengembangan kawasan wisata religi Kitab Kuning Syekh Nawawi Al-Bantani sudah dilakukan sejak tahun 2019. Untuk mengembangkannya dibutuhkan peran dari semua stakeholder dan masyarakat setempat.
Upaya pengembangan lokasi wisata tersebut juga merambah ke pemberdayaan masyarakat setempat. Hal ini dinilai agar warga mampu mengelola kawasan wisata yang nantinya bisa memajukan ekonomi masyarakat.
“Pengembangan wisata religi di Tanara sudah kita lakukan pengkajiannya dari tahun 2019 dan saat ini kamu pertajam lagi. Kita sedang upayakan berbagai program dari mulai pemberdayaan masyarakat, pengolahan sampah, pemanfaatan eceng gondok yang banyak di Tanara dan sekitarnya. Orang banyak yang ziarah ke sana kemudian mau belajar kitab kuning,” jelas Beni kepada BantenNews.co.id ketika ditemui pada Jumat (11/11/2022).
Tak hanya itu, pemberdayaan tersebut juga dilakukan terhadap potensi ekonomi kreatif (ekraf) yang ada di kawasan Wisata Religi Kitab Kuning Syekh Nawawi Al-Bantani di Kecamatan Tanara.
“Bupati menginginkan bagaimana Tanara bisa menjadi kawasan wisata religi yang menjadi salah satu tujuan wisatawan dengan mempersiapkan berbagai konten yang bisa dijual ke wisatawan,” imbuh Beni.
Menurutnya, wisatawan yang berkunjung ke Kecamatan Tanara tidak hanya untuk berziarah saja. Namun, masyarakat nantinya juga bisa menyediakan paket wisata yang ditawarkan kepada pengunjung.
Paket wisata itu bisa berisi homestay yang dikelola langsung oleh penduduk dengan fasilitas penyediaan kuliner, kunjungan ke tempat bersejarah di sekitar Kecamatan Tanara, pemberian pentas budaya serta membawa buah tangan yang berasal dari daerah tersebut.
“Jika dikembangkan, wilayah Pontang hingga Tanara punya efek kebawa juga. Di sana masyarakat nantinya bisa jual paket wisata yang hasilnya bisa dirasakan langsung sama warga itu sendiri,” kata Beni.
Sedangkan untuk pengembangan wisata juga dilakukan di wilayah Pantai Anyer-Cinangka. Kawasan tersebut sempat digadang-gadang untuk dijadikan Bali kedua.
Untuk mewujudkan Pantai Anyer-Cinangka menjadi destinasi pariwisata seperti Bali, membutuhkan kerja sama dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) serta masyarakat.
Salah satu yang langsung menyentuh masyarakat yakni pemberdayaan terhadap warga setempat dalam hal kebersihan seperti mengelola sampah, kemudian dengan pelaku wisata yang menjual kuliner.
“Pembinaan di masyarakatnya bagaimana membina tukang jualan asongnya, bagaimana membina untuk pariwisatanya. Itu untuk keamanan pariwisatanya. Kalau dibiarkan sisi parkir yang tidak sama, jual kuliner yang harganya melambung kan itu juga nggak boleh,” kata Beni.
Beni menambahkan saat ini pihaknya bersama sejumlah OPD terkait juga membahas destinasi alternatif di wilayah Pantai Anyer-Cinangka seperti Desa Wisata hingga pentas seni budaya. Kemudian rencana pembangunan Pusat Ekraf dan UMKM di lahan milik Pemkab Serang yang berada di depan Legal Raya (Anyer Hotel) untuk memudahkan wisatawan membeli oleh-oleh khas Kabupaten Serang serta Provinsi Banten.
“Kita juga inginnya wisatawan tidak hanya berdiam di hotel dan pantai tapi juga bisa eksplor tempat wisata lainnya di Anyer, menyaksikan penampilan atraksi kesenian khas Banten, ada rest area atau pusat yang menyediakan Ekraf dan UMKM. Hal-hal itu bisa ditawarkan kepada pihak hotel ke pengunjung,” terang Beni.
“Dengan begitu pemberdayaan masyarakatnya juga muncul kembali. Jadi di Anyer tidak hanya menjual hotel dan pantai. Pusat Ekraf nantinya bisa menjadi salah satu destinasi alternatif di Anyer-Cinangka dan bisa merambah ke desa wisata, tentunya bekerja sama dengan pihak hotel juga,” tambah Beni.
Keamanan pengunjung di Pantai Anyer-Cinangka juga menjadi hal penting yang diperhatikan Disporapar dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang. Seperti mitigasi bencana di kawasan tersebut, dikarenakan wilayahnya yang berada tak jauh dari Gunung Anak Krakatau.
“Kita juga sudah koordinasi dengan BRIN artinya kami ingin wisatawan datang ke Anyer itu merasa aman, masyarakatnya juga sudah sadar, perangkat daerah pembinaannya berjalan dengan baik termasuk dari dinas yang lain,” papar Beni.
Sementara itu, untuk pengembangan Desa Wisata yang ada di Kabupaten Serang seperti Desa Cikolelet di Kecamatan Cinangka yang menjadi penunjang pariwisata di kawasan Anyer-Cinangka sampai saat ini masih dalam proses membangun desa wisata di tahap berkembang menurut Kemenparekraf RI.
Potensi desa wisata lainnya juga berada di Kecamatan Pamarayan yang masih dalam kajian Disporapar Kabupaten Serang.
Kendati demikian, Beni menjelaskan hal yang menjadi perhatian khusus untuk mengembangkan pariwisata selain membina masyarakat yakni Pemerintah Daerah (Pemda) harus memiliki regulasi terkait kepariwisataan.
“Disporapar Kabupaten Serang sekarang sedang melakukan koordinasi dengan OPD-OPD terkait termasuk di internal kami menyusun untuk regulasi di kepariwisataan di Kabupaten Serang,” tutur Beni.
Pihaknya berharap ada regulasi seperti Peraturan Bupati (Perbup) yang bisa menjadi dasar pengelolaan dan pengembangan tempat pariwisata di Kabupaten Serang.
“Kita ingin di 2023 punya Peraturan Bupati (Perbup) tentang Kepariwisataan,” ungkap Beni.
(ADV)