SERANG – Sebuah video yang memperlihatkan beberapa warga korban banjir di Perumahan Taman Angsoka Permai RT 03, Kecamatan Kasemen, Kota Serang menolak bantuan kemanusiaan dari relawan viral di media sosial.
Dalam video yang diunggah warganet pada Rabu (2/3/2022), tampak warga mengusir sejumlah relawan dan kendaraan operasional berplat merah yang membawa bantuan.
Penolakan dilakukan sebab menurut warga, bantuan yang diberikan tidak sepadan dengan jumlah korban yang terdampak dan warga pun menuding itu semua hanya sebuah ajang pencitraan yang dilakukan oleh para pejabat di tengah bencana.
Muyasaroh, salah satu relawan sekaligus Pengurus Kwartir Ranting Gerakan (Kwarran) Pramuka Kasemen menjelaskan, awalnya dia bersama para relawan lainnya mendatangi setiap RT di Perumahan Taman Angsoka Permai.
Kedatangan mereka untuk mendistribusikan bantuan yang diberikan oleh para donatur di antaranya dari Polda Banten, pengurus dan anggota Kwarcab serta Kwarran, serta sejumlah donatur lainnya.
Lokasi yang pertama didatangi yakni RT 01 dan RT 02, pembagian bantuan di kedua tempat itu tidak ada masalah. Lalu para relawan bergegas ke RT 03 sekitar jam 11.30 WIB.
Sesampainya di RT 03, beberapa warga menanyai para relawan terkait bantuan tersebut dari siapa dan permasalahan mulai muncul ketika ada beberapa warga yang mengaku dari RT 01 dan RT 02 yang belum mendapat bantuan. Hingga akhirnya para relawan dipaksa mundur oleh warga dikarenakan memberi bantuan yang tidak sesuai dengan jumlah warga terdampak.
Persoalan bantuan yang dinilai tidak sesuai dengan jumlah korban bencana, Muyasaroh mengatakan bantuan diberikan sesuai data yang didapatkan dari Ketua RT setempat.
“Bantuan sudah kita data semalam per RT. Para RT bawa data-data namanya. Kita mah enggak punya kebijakan, kita hanya menyalurkan. Itu aja dengan data Pak RT ternyata pas di situ dipalang. Kita mah enggak emosi, disuruh mundur ya mundur gitu,” ujarnya pada Rabu (2/3/2022).
Setelah diusir oleh warga, Muyasaroh dan sejumlah relawan kembali ke posko untuk merundingkan penyaluran bantuan itu. Pihaknya pun memaklumi emosi warga dikarenakan sudah lelah akibat bencana yang terjadi.
“Setelah itu kita pulang ke posko untuk merundingkan lagi, ya sudah gini aja berarti korban banjir datang langsung ke posko dan ngambil sendiri. Pas tadi orang-orang yang di RT 3 tadi mengambil langsung juga. Yang tadi hanya luapan emosi sesaat saja. Kita memaklumi,” kata Muyasaroh.
Kemudian terkait tudingan warga yang mengira bantuan tersebut hanya sebuah pencitraan dikarenakan usai memberikan bantuan harus didokumentasikan, Muyasaroh menilai hal tersebut adalah hal wajar yang ia dan para relawan lainnya lakukan.
Sebab pihaknya memiliki tanggungjawab untuk memberikan pelaporan kepada para donatur terkait pendistribusian bantuan.
“Enggak ada (pencitraan), kita mah kalau ada bantuan ada apapun dari pemerintah harus melakukan Surat Pertanggungjawaban minimal foto untuk dokumentasi karena laporan itu data dan dokumentasi kalau misalnya tidak di dokumentasi nanti dikira kita yang makan sendiri,” kata Muyasaroh.
“Lagian kita kerja sama partai apa, kita mah sukarela dari Pramuka. Enggak digaji, kita makannya aja beli sendiri, makannya telat malah dipaido (dicela) pencitraan. Kalau kita sudah maklum mungkin bapak dan ibu sudah capek jadi luapin emosi,” tambahnya.
Sekadar diketahui, berdasarkan data laporan sementara BPBD Kota Serang saat ini tercatat 46 titik dan 3.327 rumah terdampak banjir yang terjadi pada Selasa (1/3/2022).
(Nin/Red)