PANDEGLANG – Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) bakal melanjutkan kembali program Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) atau program bloking untuk perlindungan badak agar tidak keluar dari habitatnya. Program berupa kandang atau paddock tersebut saat ini sudah mulai pada tahap penyusunan dokumen oleh Institut Pertanian Bandung (IPB).
Kepala Balai TNUK, Anggodo mengatakan program JRSCA dibuat untuk memudahkan petugas dalam mengawasi habitat Badak Jawa. Seperti yang diketahui saat ini Badak Jawa atau badak bercula satu yang ada di Ujung Kulon Pandeglang mencapai 75 ekor usai adanya kelahiran empat ekor anak badak jalan sepanjang tahun 2021.
“Pembangunan ini untuk pengelolaan badak secara lebih dekat. Tadinya kan habitat alamnya di semenanjung, ini kita mendekatkan dalam bentuk kandang yang lebih kecil sehingga bisa lebih intensif manajemen pengelolaannya,” jelas Anggodo, Kamis (9/12/2021).
Anggodo membeberkan, habitat Badak Jawa akan digeser ke semenanjung Ujung Kulon yang berada di ujung barat Pulau Jawa ke titik koordinat yang berada di dekat Gunung Honje dengan luas sekitar 5.100 hektar dengan membuat pagar-pagar pelindung.
“Pengawasannya bisa lebih dekat, jadi nanti enggak semua yang dimasukan ke paddock, hanya pilihan saja minimal diambil sepasang jantan dan betina yang terbaik. Di sana mudah-mudahan bisa diawasi secara intensif baik itu di kala kawinnya supaya bisa menghasilkan badak yang berkualitas,” katanya.
Anggodo beralasan, pembuatan kandang badak ini juga bisa menghindari habitat badak yang berisiko tinggi mengalami catat dari perkawinan sejenis. Pasalnya, di habitat aslinya, badak-badak jawa ini tak bisa terus-terusan dipantau oleh para ahli peneliti selain mengandalkan teknologi kamera pengawas.
Ia juga menyebut, program ini lebih efisien dibanding wacana pemindahan habitat badak Ujung Kulon ke Cagar Alam Leuweung Suaka Margasatwa Cikepuh, Sukabumi. Wacana ini pernah muncul di tahun 2017-an dan hingga kini tak pernah ada kejelasan mengenai tindaklanjutnya.
“Lebih terarah daripada kita mencari habitat kedua karena dulu ada wacana dipindahkan ke Sukabumi, daripada enggak ada lanjutannya lebih baik ini (JRSCA) kita matangkan. Terus area ini juga lebih aman dari risiko bencana, kalau badak di semenanjung kan dia dekat sama Gunung Anak Krakatau. Paling tidak, badak lebih aman karena deket dan terlindungi oleh Gunung Honje,” tutupnya. (Med/Red)