Mulai dari tingkah anak yang tak bisa dikontrol, anak yang tantrum, adalah diantara penyebab pemukulan kepada anak sebagai hukuman untuk mendisiplinkan anak, hingga orang tua yang mengaku dahulu juga sering dipukul.
Hati-hati, alih-alih menjadikan anak bisa lebih baik, memukul ternyata punya banyak dampak negatif bagi anak.
Dilansir dari kumparan.com, penelitian dari Children’s Society yang melibatkan lebih dari 160.000 anak-anak dalam kurun waktu 50 tahun di Amerika Serikat mengungkap, pemukulan terhadap anak bisa menjadikannya pribadi yang lebih agresif dan mengganggu kesehatan mentalnya kelak ketika dewasa.
Sekilas, memukul memang bisa ‘menenangkan’ anak. Namun, bahaya yang lebih serius justru muncul dalam jangka panjang. Masalah mental yang dialami anak bisa berupa kecemasan, depresi, kurang berempati, hingga penyimpangan moral lainnya.
Psikology Today juga menyebut, memukul anak bisa merusak hubungan si kecil dengan orang tua. Bisa saja anak memendam rasa marah dan kesal atas perlakuan yang didapatnya. Jika pemukulan terjadi sejak dini, bisa saja anak merekamnya sebagai trauma hingga ia tumbuh dewasa lho Moms.
Di samping itu, memukul anak jelas menentang aturan hukum tentang hak perlindungan anak. Yaitu melanggar Konvensi PBB tentang Hak Anak yang mendorong penghormatan anak sebagaimana penghargaan atas martabat manusia dan perlindungan integritas fisiknya. Sementara itu, di Indonesia sendiri juga ada UU perlindungan Anak yang melarang orang tua berlaku kasar terhadap anak.
Maka, perhatikan baik-baik pola asuh Anda terhadap anak, Moms. Berikan si kecil kasih sayang yang cukup, agar ia tumbuh dengan mental yang baik. (Red)