Beranda Artis Alasan Sutradara Bikin Film ‘Yuni’ Berbahasa Dialek Banten

Alasan Sutradara Bikin Film ‘Yuni’ Berbahasa Dialek Banten

 

SERANG – Flm Yuni  terpilih untuk ditayangkan perdana pada program platform di Toronto International Film Festival (TIFF) 2021, bersama tujuh film lainnya dari berbagai negara. Kamila Andini selaku Sutradara dari film tersebut menceritakan alasannya memakai bahasa Jawa dan Sunda dialek Banten lalu mengapa menjadikan Kota Serang dan Kota Cilegon sebagai latar tempat syuting film.

Yuni, film yang memakai bahasa Jawa Serang (Jaseng) ini mengangkat isu-isu penting yang menarik untuk dibahas. Karakter Yuni  yang merupakan seorang remaja, pada saat itu dipaksa untuk dewasa dengan pernikahan hingga ia harus merelakan mimpi-mimpinya. Padahal Yuni merupakan siswi yang cerdas di kelasnya. Hal yang masih menjadi persoalan di Indonesia terkait pernikahan dini.

Dini panggilan akrab untuk sutradara sukses ini menceritakan keinginannya memakai bahasa Jaseng di filmnya lantaran saat itu ia berkeinginan kuat untuk membuat film yang memakai bahasa daerah dari latar tempat film itu sendiri. Beberapa film Kamila Andini memang kerap menggunakan bahasa daerah yang menjadi latar ceritanya.

“Awalnya memang kan punya konsens yang besar bahwa film Yuni pengin pakai bahasa daerahnya, saat memang sudah memutuskan untuk di Serang sempat mikir kayak pakai bahasa apa nih yang paling pas karena kan juga saya tau bahasa daerahnya ada Jaseng, Sunda gitu kan dan waktu itu akhirnya bertemulah dengan akang-akang ini semua, pertamanya lewat akang Gol A Gong dari Rumah Dunia,” ujar Dini dalam acara Quarantine Talk di Instagran, Jumat (10/9/2021).

Namun, pemakaian bahasa Jaseng rupanya menjadi tantangan tersendiri untuk sutradara cantik ini. Berbagai riset ia lakukan hingga akhirnya ia dipertemukan oleh para pegiat dari Komunitas Bahasa Jawa Serang

“Jadi waktu itu kayak semesta mendukung. Waktu itu nyari siapa yang bisa ngelakuin ini, ini juga bahasanya yang enggak familiar banget bahkan buat aku dan kawan-kawan, terus ternyata tahu komunitas ini dan ketemu dengan Kang Qizink, Kang Ade semua. Aku merasa semakin yakin sih untuk bisa memakai bahasa ini 100 persen,” ungkap Dini.

Komunitas bahasa Jawa Serang adalah komunitas bahasa yang sudah berdiri hampir 10 tahun di Facebook dengan memiliki anggota sekitar 21 ribu. Jika ingin berdialog, para anggotanya diwajibkan untuk menggunakan bahasa Jaseng sebagai bahasa ibu.

Kemudian untuk cerita Yuni, Dini mengaku terinspirasi dari cerita-cerita perempuan di Indonesia yang mengalami pernikahan dini hingga akhirnya tidak bisa melanjutkan mimpi-mimpinya.

“Waktu itu ada mbak saya, kami juga udah kayak keluarga, dia cerita karena dia kan udah di umur 20-an kalau dia di kampung suka malas keluar karena orang-orang pertanyaannya kayak gitu aja ‘Duh udah umur 20 belum nikah, kapan nikah’. Aku juga jadi banyak nanya-nanya soal dia, teman-temannya di kampung. Intinya riset pertamaku emang mereka-mereka ini,” jelas Dini.

Daerah yang dinilai unik juga menjadikan Dini lebih bertekad untuk memakai Serang dan Cilegon sebagai latar cerita dan tempat di film Yuni.

“Secara tekstur, dari dulu kan sering banget pergi ke Anyer dan selalu pengalaman secara visual yang menarik pergi ke Anyer itu ketemu tekstur yang saya enggak ketemu di Jakarta. Kayak pabrik, pasti harus melewati pabrik-pabrik yang kayaknya ini tekstur yang enggak jauh dari Jakarta tapi rasanya berbeda banget, di satu sisi ada pabrik-pabrik, pantai, tapi ada juga bukit-bukit, persawahan,” ungkap Dini.

Sementara itu pengambilan nama karakter Yuni terinspirasi dari salah satu puisi terkenal karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul ‘Hujan di Bulan Juni’.

“Kalau namanya emang udah ada sebelum memutuskan untuk syuting dan konteks daerahnya di Serang  karena ada unsur puisi di filmnya, which is puisinya Sapardi Djoko Damono dan anomali terbesar sebenarnya dipakai dari puisi Hujan Bulan Juni,” kata Dini

Selain itu, cerita dari film Yuni ini memang terpusat pada karakter Yuni yang menjadikan Yuni sebagai judul dari film tersebut. “Jadi waktu itu mikir ingin punya karakter yang lahir di bulan Juni jadi Yuni itu anak perempuan yang lahir di bulan Juni dan karena emang ceritanya benar-benar mengikuti dia jadi emang judul filmnya jadi nama dia,” sambung Dini.

Sementara Qizink La Aziva dan Ade Ubaidil, pelatih dialek untuk film Yuni mengaku bersyukur bisa terlibat dalam film tersebut. Qizink yang merupakan salah satu pendiri komunitas Bahasa Jawa Serang mengaku bahwa penggunaan bahasa daerah di Banten di film Yuni merupakan kesempatan untuk mengenalkan bahasa Jawa dan Sunda dialek Banten ke khalayak lebih luas.

Selain itu, keterlibatan dalam film garapan Fourcolours Film ini juga kesempatan bagi anak-anak muda Banten untuk belajar proses pembuatan film. “Kami bersemangat melatih dialek bahasa karena semua talent juga punya energi semangat yang sama untuk berproses,” ujarnya.

Pemutaran film Yuni rencananya akan diputar di TIFF 2021 mulai dari 12 September sampai 16 September.
(Nin/Red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News