Beranda Opini Perempuan dan Spirit Kemerdekaan

Perempuan dan Spirit Kemerdekaan

Nabila Rahmah, S.Hum, Mahasiswa Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pengurus Kohati PB HMI   

Oleh: Nabila Rahmah, S.Hum, Mahasiswa Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pengurus Kohati PB HMI   

Kemerdekaan Indonesia jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945 yang diproklamirkan oleh Presiden Soekarno. Karenanya masyarakat Indonesia selalu memperingati hari kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Peringatan tersebut merupakan ekspresi dari Kebahagiaan bagi setiap elemen masyarakat Indonesia.

Hal ini dibuktikan juga dengan adanya perayaan-perayaan hari kemerdekaan dengan berbagai perlombaan yang diselenggarakan oleh setiap masyarakat Indonesia baik tua maupun muda, baik laki-laki maupun perempuan.

Antusiame yang tinggi dalam menyambut hari kemerdekaan Indonesia tentunya tidak terlepas dari ingatan masa lalu bangsa Indonesia. Dimana Indonesia sebelum kemerdekaannya mengalami penjajahan oleh bangsa lain yang pada akhirnya dengan semangat nasionalisme yang tinggi rakyat Indonesia mampu melepas belenggu penjajahannya.

Hal ini juga tidak terlepas dari perjuangan para pahlawan kemerdekaan Indonesia yang termaktub dalam sejarah seperti Ir. Soekarno, Jendral Soedirman, K.H hasyim Asy’ari, Bung Tomo, Muhammad Hatta hingga para pahlawan perempuan yang juga turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia seperti RA. Kartini, Tjoet Nyak Dien dan Raden Dewi Sartika.

Dari beberapa pahlawan yang disebutkan, dapat disadari bahwasannya pahlawan perempuan turut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Artinya dalam ketidakberdayaan Indonesia saat itu para perempuan Indonesia sudah memiliki spirit kemerdekaan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Mengingat dimana Tjoet Nyak Dien memimpin rakyat Aceh untuk berperang melawan penjajah, kemudian Raden Dewi Sartika membangun sekolah perempuan untuk memenuhi hak pendidikan perempuan pribumi dan RA. Kartini yang mana sebagai pelopor emansipasi kaum perempuan pada saat itu.

Tentunya spirit memperjuangkan kemerdakaan tersebut harus terus mengalir untuk para perempuan di masa kini. Meskipun tantangan hari ini tentunya berbeda dengan tantangan di masa lalu. Namun demikian, perempuan sebagai individu sosial yang berperan strategis baik dalam sektor publik maupun sector domestik, memiliki pengaruh yang cukup signifikan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.

Selain itu, berdasarkan catatan yang dikeluarkan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, mengenai dinamika pertumbuhan Srikandi Indonesia di sektor publik bahwa adanya peningkatan pada periode 2011-2013, angka ini kemudian menurun di tahun 2014 menjadi sebesar 30,47% dan meningkat kembali di tahun 2015 menjadi 32,64%. Artinya data pertumbuhan perempuan yang terlibat dalam sektor publik dapat mengalami kenaikan dan juga penurunan. Padahal apabila perempuan banyak terlibat dalam sector publik dapat berkontribusi lebih dalam pengambilan keputusan.

Maka dari itu, untuk melanjutkan khittah perjuangan para pahlawan perempuan terdahulu para perempuan harus terus memiliki spirit perjuangan. Berkaitan dengan hari kemerdekaan saat ini, spirit perjuangan tersebut dapat disebut sebagai spirit kemerdekaan.

Bahwa perempuan hari ini harus merdeka, baik secara pemikiran, gerakan hingga merdeka dari setiap belenggu ketertindasan dan kekerasan yang sejak lama selalu membayang-bayangi perempuan. Karenanya spirit kemerdekaan perempuan dapat dicerminkan dengan upaya perempuan untuk terus mengisi kualitas diri agar dapat mengisi setiap ruang strategis demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang setara dan sejahtera.

(***)

 

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News